Search This Blog

Wednesday, January 2, 2013

Sepenggal Paragraf Anak Kampung

Mesa' curita jiomai pea kampong

Sebuah cerita dari anak kampung.

        Namaku Riant, sering dipanggil be er ka. Lahir dan hidup dalam keluarga kecil yang jauh dari kata sederhana. Hidup pas-pasan, namun bagiku, aku hidup dalam keluarga layaknya keluarga bahagia lainnya. Diasuh dan dibesarkan oleh seorang Ibu yang tangguh dan lembut, single parent. Dia seorang perempuan yang ulet, bertanggung jawab  dan penyayang. Bagiku seorang perempuan paruh bayang yang sangat berjasa bahkan melebihi seseorang yang disebut Kartini dalam keluargaku pastinya. Bagaimana tidak, semenjak adikku yang perempuan masih balita Ayahku pergi meninggalkan kami semua. Waktu itu aku masih berumur balita juga. Hidup dalam kekurangan, tak bergelimang harta, sebaliknya tertekan akibat kebutuhan hidup yang semakin hari semakin meningkat. Meski memiliki enam orang anak dan dibesarkan sendiri. Aku sama sekali tak kekurangan waktu bermain bersama dengan teman-teman.


      Bagi kalian jika hal ini dituliskan, mungkin akan ada yang menganggapnya aib tak layak untuk diceritakan. Namun bagiku itu adalah pelejit semangat dimana keterbatasan bukanlah menjadi batasan mutlak untuk meraih apa yang kita inginkan. Semasa Sekolah di Sekolah Dasar dahulu mulai dari kelas 1-6 mungkin kalian akan ketawa melihatku. Bagaimana tidak selama 6 tahun menimba ilmu di SD.N.180 Kalimbua (dulu namanya SD.K.Kalimbua). Aku hanya sesekali menggunakan sepatu, bayangkan perjalanan untuk kesekolah kurang lebih 2 km dengan kaki telanjang melewati sungai yang kadang-kadang airnya meluap dan membahayakan keselamatan tetapi hal itu aku lalui dengan riang gembira bersama sahabat-sahabatku yang lainnya hingga tamat. Masuk SMP pun masih dengan keadaan yang sama. Aku mulai tumbuh besar beserta saudara/i dan itu menuntut biaya lebih untuk hidup dan juga keperluan lainnya. Sejak saat itu aku melihat Ibuku yang amat kucintai rela bekerja bahkan mengalahkan kemampuan seorang laki menghidupi keenam orang buah hati. Kakak ku yang pertama seorang laki-laki yang diharapkan oleh ibuku menjadi figur yang dapat mengganti peran seorang ayah namun diusianya yang masih belia ia kemudian dipanggil yang Maha Kuasa mengahadap kehadirat-Nya. Duka Ibuku pun bertambah namun lagi-lagi ibuku memperlihatkan bahwa baja pun kalah dengan ketegarannya. Rasanya tak mengapa jika saya ibaratkan bentengpun malu dan enggan menyaksikan betapa ibuku sangat kokoh menerima dengan ikhlas takdir hidup yang menjadi bagiannya. Salut untukmu ibuku...........................


Foto bersama ibu dan adikku
mereka adalah pahlawan yang nyata bagiku
Mina & Harianti Rangan


Tamat Sekolah di SMP. N. 2 Alla', Baroko, aku melanjutkan pendidikan di SMK. N. 2 pare-pare namun hanya satu semester aku kemudian kembali ke kampung karena tak kuasa melihat Ibu yang begitu tak kenal lelah mencari nafkah dan membiayai hidup dan sekolahku dikota. Hidup di kota dengan orang lain yang cukup asing bagiku kalah itu. Setelah melalui perenungan, akhirnya aku memutuskan untuk pindah kekampung halaman untuk melanjutkan pendidikan di SMK. N. 1 Enrekang. Karena satu dan lain hal maka Aku harus kembali pindah ke SMA. Muhammadiyah Kalosi dan disanalah kemudian menamatkan sekolah menengah atas. Ada banyak kisah menyedihkan dimasa SMP dan SMA dulu namun suatu saat aku akan tulis semuanya. Kali ini biarlah menjadi bahan konsumsi sendiri.


Foto bersalaman dengan Rektor
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
Dr. H. Irwan Akib, M.Pd


tamat SMA Aku mendapat kesempatan lanjut keperguruan tinggi setelah menganggur 1 tahun. Mendapatkan dorongan kuat dari Guru Pendidikan Agama Islam saat masih SD dulu, beliau adalah sosok yang sangat berpengaruh dalam hidup. Beliau selalu menyempatkan waktu untuk berkunjung ke rumah hanya untuk sekedar bercerita dengan Ibuku supaya Aku kembali ke bangku Sekolah. Pak Yusuf, yah itulah namanya, harum dalam kehidupan ini. Tuhan tak pernah berhenti menghadirkan orang baik di sekeliling hidupku. Kali ini sepupu saya dari pihak ibu namanya Saharuddin S.Pd yang kemudian hari berganti menjadi Papa' Zidan. Dialah kemudian yang menampung di kontrakannya saat Aku ke Makassar. Mengingat kondisi Ibu dan keadaan keluarga maka Aku harus bekerja sambil kuliah, bukan kuliah sambil kerja. Tak ada skill yang dibawah dari kampung halaman karena selama menganggur saya hanya berkebun dan bahkan jadi kernek angkutan pedesaan. Beruntunglah kala itu Papa' Zidan menjadi mandor disebuah proyek bangunan sebut saja Villa Permata di jalan Andi Tonro. Ia kemudian mengajak saya untuk ikut bekerja. Bukan hanya Aku akan tetapi beberapa teman-temanku juga ikut guna menambah financial untuk keperluan pembayaran semester dan kebutuhan hidup lainya. Sampai selesai aku pernah digelari seseorang Nomaden karena hampir Aku tak tau dimana aku tinggal di kota metropolitan Makassar setelah berpisah dengan Papa' Zidan. Hal itu terjadi setahun setelah ia berkeluarga. Meski nomaden dan numpang dari satu kost ke kost lainnya Aku tak mau kalah tegar dengan Ibuku. Aku tahu aku bukanlah tandingannya namun setidaknya harus dicoba. 

 

Foto yudisium   
         
                                         

Foto wisuda

Intinya jangan pernah menyia-nyiakan kesempatan dan raihlah masa depanmu karena Allah SWT cukup nyata. IA selalu bersama kita. Jangan pernah merasa putus asa, bersabar dan senantiasa bersyukur. Jangan pernah menganggap jika Tuhan tak pernah adil, apapun keadaan kita. Ini hanya sebagian kecil dari kenangan kehidupan ini insyaallah akan saya lanjutkan jika masih punya kesempatan. Terima kasih telah membacanya sampai di sini. Semoga ada yang menjadi pelajaran untuk melengkapi hidup anda semuanya.

Titip bahwa:
Keberhasilan bukan hanya ketika kita bergelimang harta benda.
Kesuksesan juga adalah ketika dengan sederhana
kita dapat menghadirkan manisnya senyum BUNDA (orang tua) di pipih.

Senantiasalah mendo'akannya kapan dan dimanapun.
Semoga Allah membalas kebaikannya dan meridhoi-Nya baik disaat hidup maupun saat semua kami telah tiada.