Search This Blog

Tuesday, October 6, 2015

REFLEKSI KEBANGGAN DIRI PASCA SM-3T



Panggilan jiwa?
Karir?
Atau upppppsssssss
 Tak ada kerja yang jelas?

Salam Maju Bersama Mencerdaskan Indonesia tentunya setelah Assalamu ‘Alaikum dan dengan nama Allah yang maha pemurah dan penyayang, sumber dari segala sumber inspirasi oleh segala inspirator.

Buat semua kawan-kawan, rekan dan rekanita PPG-SM-3T UNM  UNM Jilid 3, tadinya saya mau tulis se-Indonesia tapi ini mustahil dibaca oleh orang-orang se-Indonesia, boro-boro se-Indonesia, se-Rusunawa aja rasa pesismisku besar sekali, sekalipun optimisme saya sangat tinggi apa lagi muatnya di majalah dinding doank mana mungkin se-Indonesia mau baca, anehkan????
Maksudnya apa sih mutar-mutar gak jelas????? Tenang anda berarti tertarik membaca kalo bukan sebaliknya……………smile dikitlah. (INI WAKTU DIPUBLIKASIKAN DI MADING PPG UNM).

Setelah mengalami proses dan pengalaman selama setahun di daerah penugasan, Aku merasa begitu banyak hal-hal yang menakjubkan, budayanya, pemandangannya, dan sebagainya serta ini dia yang memberi sedikit rasa bangga berbakti kepada nusa dan bangsa dalam istilah pengabdian.
Mendapatkan julukan dari bapak mentri pendidikan dan kebudayaan saat itu, The Silent Hero, waow betapa bangganya, disanjung –sanjung, digadang-gadang menjadi guru masa depan dan berharap menjadi guru garis depan, mendapatkan penghormatan yang sangat ekstra, melebihi kapasitas ruang penempatan tempat sanjungan dalam diri, sehingga membuat sebagian kita mungkin benar-benar mengabdi kepada nusa dan bangsa, dan mungkin sebagian kita yang lainnya karena sesuatu dan lain hal. 

Ditengah semangat kita yang membuncah karena panggilan ibu pertiwi yang sedang berkabung melihat generasinya, yang disebagian tempat memang mereka telah menjadi manusia pribumi yang sibuk mengasingkan diri. Disaat tak terduga, Aku tersentak dan mulai sedikit agak tak waras, keluar dari semua pujian yang extra, yang sanggup menghipnotis beribu manusia intelek, bagaimana mungkin Aku bisa mengabdikan diriku untuk nusa dan bangsa sedang Aku adalah hamba Allah, jika kemudian saya mencoba untuk berdialektika dengan apa yang kurasakan dan mencoba diplomatis dengan mengatakan ini (GURU SM-3T) adalah sebuah jalan untuk beribadah sekaligus mengabdi pada-Nya, apa ia? Dengan meninggalkan hal-hal yang jelas-jelas merupakan kewajiban kita. Aku mendengar kisah teman-teman yang islam mayoritas tidak lagi dapat mencicipi nikmatnya sholat jamaah, nikmatnya sholat jum’ad. Bahkan menerima untuk berada ditempat yang tak memiliki sarana ibadah. Aku pun mulai bertanya didalam hati kecilku, kenapa hal ini harus seperti ini adanya. Satu tahun mempertaruhkan dan mengorbankan keyakinan demi masa depan bangsa, apakah ia berhasil? Semoga ia karena jika tidak alangkah ruginya negeri ini, khususnya lagi pribadi kita yang Bahasa kulit arinya, sanggup menggadaikan keyakinan kita demi rupiah dan karir tapi Aku kira itu tidak pernah ada.

Foto bersama siswa(i) SD. YPK Namber,


Walaupun begitu saya lebih yakin kepoin kedua yang disampaikan salah seorang anggota DPR tempo hari dalam acara bersama kita para pejuang pendidikan (jika sebutan itu benar dan layak buat kita) di Phinisi, beliau mengatakan bahwa ada dua kemungkinan mengapa kalian mau ketempat seperti itu (Papua) yang notabenenya diperlukan semangat dan keberanian besar ( jika Aku poles sedikit dengan semangat pejuang 45 ala bamboo runcing) untuk kesana dan dengan sedikit bumbuh yang di imbuhkannya bersama nada gombal yang menggelitik “saya heran melihat, entah keberanian apa yang kalian miliki”.

Hohhohoooohh jangan terlalu larut mari kita uraikan poinnya, poin pertama adalah betul karena panggilan jiwa dan poin kedua ternyata kareana kita tak memiliki pekerjaan yang layak sehingga setiap peluang yang ada kita coba maksimalkan. Jika jujur, mungkin kecenderungan lebih banyak ke poin kedua. Artinya apa dengan setiap konsekwensi yang mungkin saja terjadi baik itu spiritual maupun lainnya kita sudah terima dengan lapang dada dengan imbalan sekian rupiah dan dengan perhitungan karir selanjutnya itulah yang sanggup menarik hati-hati kita. Selebihnya bagiku itu adalah bias.

Keakraban di luar kelas, bersama siswa SMP.N 2 Numfor Barat, Biak-Numfor, Papua

Apa yang penting dari tulisan ini? Sepertinya agak nyeleneh dan tak masuk akal, tapi ok, okey…….
Aku hanya mencoba memberikan apresiasi pada diri saya dan kepada kalian semua bapak/ibu guru mengenai kilas balik setahun silam. Terus terang Aku anggap program ini adalah program super power ditambah lagi dengan program GGD yang tak kala hebatnya tapi aku prihatin karena kita. Tak bisa beribadah dengan maksimal, bukankah negara memberikan jaminan kebebasan untuk menjalankan agama dan kepercayaan sesuai dengan keyakinan para pemeluknya, jika negara memberikan peluang buat kita untuk mengabdi melalui SM-3T dan GGD maka harus disingkronkan dengan amanah UUD ini. Sebab jika tidak analisis konyol saya mengatakan bahwa ini akan menjadi lubang menganga yang akan mengikis peradaban bukan memunculkan peradaban, kenapa pemeluk agama tidak dapat melaksanakan ajaran keyakinannya dengan maksimal malah semakin jauh. Maksud saya jika mereka islam tempatkan atau  instruksikan pada pemerintah setempat untuk menempatkan mereka berdekatan dengan rumah ibadah mereka, begitupun penganut agama lain. Sebab jika gurunya tak maksimal beribadah berarti jauh dari agamanya maka bagaimana dengan siswanya???, yang diharapkan menjadi generasi emas, ingat Indonesia memiliki orang-orang pintar berkelas wahid tapi tak disertai dengan spiritual kelas yang sama. Jika demikian maka bukan generasi emas yang akan muncul melainkan generasi asem.

Kenangan besama samudera pasifik, Pulau Numfor-Manokwari

Kalian bebas dengan paradigm kalian karena Aku hanya mencoba menguraikan secuil paradigmAku yang fakir.
dalem alias maaf dan semua jenis kata didunia yang mengarah pada apology kuhaturkan diakhir bualanku ini jika tak berkenan. Wassalam tentunya setelah Salam Maju Bersama Mencerdaskan Indonesia.

Rusunawa PPG-SM-3T UNM
Rabu: 16 Sept 2015, 23:28

No comments: